Monday 29 February 2016

Prambanan kemegahanmu memberiku ilmu



Daerah Istimewa Yogyakarta mungkin jika mendengar nama itu mungkin yang ada dibenak setiap orang mengenai kota pendidikan ini adalah memikirkan Kawasan Jalan Malioboro, Alun-Alun, Candi Brorobudur, Monument Jogja Kembali bahkan tak lupa makanan khas Yogya Yaitu Bakpia. Namun ada salah satu tempat wisata yang sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara tak heran jika banyak sekali berdatangan para pelancong baik dari dalam negeri maupun luar negeri tempat itu adalah Candi Prambanan. Tak heran juga kalo banyak sekali kegiatan-kegiatan nasional maupun multinasional yang diselenggarakan di  candi yang konon memiliki cerita romantisme ini. Awalnya saya ingin mengunjungi candi ini tak lain karena rasa penasaran saya akan kemegahan candi ini. Walaupun saya sering keluar masuk Kota Yogya namun sekalipun saya belum pernah mengunjungi candi yang konon sering dipake latar belakang kegiatan pentas seni budaya ini. Hingga suatu ketika saya pun berkesempatan untuk mengunjungi kompleks Candi Prambanan ini.
 
Perjalanan dari tempat kost saya yang terletak di Kawasan Pusat Gudeg Yogyakarta menuju ke Candi Prambanan tak lebih dari 30 menit jika ditempuh menggunakan mobil pribadi karena suasana jalan yang lancar. Sampailah saya didepan pintu masuk kawasan candi prambanan, namun kemegahan candi ini sudah dapat kita lihat dari pinggir jalan. Setelah semua masalah administrasi baik tiket masuk dan ongkos parkir telah saya selesaikan akhirnya sayapun dapat juga masuk ke kompleks candi prambanan. Seperti halnya candi Borobudur jalan menuju ke candi pun dibuat berkelak-kelok namun rindang sehingga tak membuat pengunjung kepanasan. Setelah lelah berjalan dari depan sampailah saya di depan candi prambanan seperti biasalah narsis pun tak dapat dihindari, cekrak cekrik sana sini dengan background candi pun  tak dapat dilewatkan. Subhanallah betapa indahnya mahakarya nusantara ini saya sangat kagum dengan keindahan candi ini. Teriknya matahari kala itu tak membuat saya untuk berhenti mengabadikan moment bersejarah ini.
Setelah puas berfoto dengan candi saya pun menuju ke sebuah candi besar dimana dalam candi tersebut terdapat sebuah patung besar yang konon merupakan dewa terbesar dalam kepercayaan umat hindu-budha yaitu dewa siwa. Kebetulan saat saya berada di dalam candi tersebut saya bertemu dengan seorang turis berasal dari belanda beserta seorang pemandu wisata. Sang pemandupun bercerita panjang lebar mengenai asal mula candi ini hingga sayapun mengerti sejarah awal candi ini berdiri, wah pengalaman baru nihh… luamayan lah untuk bekal ilmu tambahan disekolah nanti hehehehe.. setelah selesai mendengarkan cerita mengenai legenda candi ini saya pun mengajak turis tersebut untuk berpose bareng, hehehehehe wajarlah anak desa kapan lagi foto sama turis. Setelah itu sang turis pun pergi dan saya pun melanjutkan penjelajahan berkeliling kompleks candi sambil  membaca-baca tentang sejarah berdirinya candi ini dari sebuah papan informasi yang bertebaran disetiap depan candi.
Setelah puas menikmati kemegahan candi prambanan saya pun bergegas untuk kembali ke kost untuk berisitirhat, saya sangat bersyukur dapat berkunjung ke candi prambanan karena banyak sekali yang saya dapat pada hari itu dari candi prambanan. Nilai sejarah dan budayanya yang kental yang menjadi nilai tersendiri bagi candi nan megah ini. Semoga suatu hari nanti keberadaan candi ini bisa dijadikan destinasi andalan Indonesia dikanca dunia.







Suramadu Bridge Mahakarya Nusantara



Pulau madura, mungkin jika mendengar dua kata tersebut yang tefikirkan oleh setiap khalayak adalah sebuah pulau yang kaya akan kekayaan kulinernya seperti sate Madura, sate lalat bahkan tak lupa sebuah pantai yang sedang ngehits saat ini yaitu pantai gili labak yang merupakan pantai paling cantik di pulau yang terkenal dengan budaya karapan sapi ini. Namun saya tidak akan menceritakan pengalaman saya bermain di obyek wisata di pulau karapan sapi ini melainkan akan bercerita tentang pengalaman saya mendapat sunrise hangat disebuah obyek vital nasional yang paling megah di Indonesia Obyek itu bernama jembatan suramadu. Jembatan yang memiliki arti jembatan Surabaya-madura ini ternyata menyimpan cerita tersendiri yang masih membekas dalam ingatan saya hingga saat ini.
Pada suatu ketika saya berkesempatan untuk mengunjungi pulau Madura untuk menghadiri undangan dari salah satu PTN yang berlokasi di pulau Madura ini. Perjalanan dimulai pukul 03.00 wib waktu lamongan saya beserta rombongan berjumlah lima orang menuju ke pulau Madura tujuan utama berangkat pagi karena untuk menghindari kemacetan di waktu siang di kota Surabaya. Perjalanan dari lamongan menuju ke kota Surabaya membutuhkan waktu selama dua jam lebih hingga tepat pukul 05.25 wib saya sudah mulai memasuki kawasan jembatan terpanjang di negeri ini, rasa senang dan bangga timbul dalam hati karena saya dapat berkunjung ke pulau Madura dengan melewati sebuah jembatan kebanggaan masyarakat indonesia. Gemerlap lampu warna warni penghias jembatan ini menjadi penyambut kedatangan saya. Tampak jelas kanan kiri saya adalah sebuah samudera luas yang menjadi teman selama perjalanan. Waktu terus berjalan hingga tiba pagi hari dengan penanda sang surya mulai menampakan cahayanya dibalik gelap malam. Subhanallah indah banget sunrise kali ini pancaran sinar sang surya yang berwarna merah keemasan tampak jelas dari atas jembatan suramadu hingga saya meminta pak sopir untuk mengendarai mobilnya dengan pelan-pelan supaya saya dapat mengabadikan moment langkah ini. Namun sayang saat itu saya tidak dapat keluar dari mobil karena terlalu bahaya angin lautnya. Hingga akhirnya saya pun sampai di pulau Madura sebuah papan besar bertulisan welcome to Madura island menyambut kedatangan kami semua. Namun mata saya masih menatap keindahan sang surya yang mulai meninggi

 
Hingga suatu ketika saya meminta untuk berhenti disebuah tembok besar yang mengarah ke selat Madura tanpa fikir panjang saya pun mengabadikan suasana sunrise dengan background jembatan terpanjang di Indonesia ini dengan handphone saya dan tak lupa juga saya untuk berselfie ria dengan jembatan suramadu ini. Tampak jelas dari sini sebuah bangunan kokoh bernama jembatan suramadu yang menjadi akses utama masyarakat Madura untuk berkunjung ke pulau jawa sekaligus obyek vital nasional yang menajubkan. Bahkan saya pun dapat melihat jajaran kapal perang miliki TNI yang sedang berparkir di sekitaran pelabuhan tanjung perak bahkan tertampak jelas patung gagah seorang jenderal yang menghadap samudera luas.
Saya sangat berbangga hati menjadi anak Indonesia ternyata Indonesia dapat membangun sebuah mahakarya luar biasa yang tak kalah dengan maha karya di belahan dunia lainnya. Yaitu sebuah jembatan yang dapat menghubungkan antara dua pulau besar di Indonesia yaitu pulau Madura dan pulau jawa. Semoga jembatan ini dapat membantu memajukan perekonomian nasional.

Gunung Buthak sumpah aku kapok !



Seperti biasa di saat hari ulang tahun saya, saya selalu merayakan moment ini dengan berjalan-jalan menikmati mahakarya tuhan yang maha esa. Jika tahun lalu saya merayakan ulang tahun saya di tempat sejarah di daerah Yogya namun untuk tahun ini saya memutuskan merayakannya di sebuah gunung. Gunung itu bernama Gunung Buthak, bagi seorang pendaki Gunung yang  terletak di kabupaten malang dan blitar ini merupakan gunung yang menantang untuk ditahlukan karena medannya yang berat serta keindahan puncaknya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi seorang petualang.
Tepat pada hari sabtu saya berangkat menuju ke gunung buthak dengan mengambil jalur dari kota batu malang dengan memakan waktu 4 jam lama perjalanan dari rumah menuju k epos perijinan pendakian gunung buthak. Hingga tepat pukul 15.00  wib saya beserta 7 orang teman saya sampai juga di pos perijinan pendakian gunung buthak. Setelah sampai kami pun segera mengurus perijinan supaya bisa lebih cepat mendaki keburu waktu kian gelap, setelah semua perijinan sudah teratasi kami pun memulai pendakian menuju ke gunung buthak yang katanya membutuhkan waktu 8 sampai 9 jam perjalanan hingga sampai ke padang sabana. Jalan awal masih sebuah lading jagung milik warga sehingga kami tidak mengalami kesusahan tak berarti namun setelah berjalan selama dua jam lebih akhirnya kami pun sampai juga di kawasan hutan liar dengan vegetasi tanaman tinggi dengan pohon-pohon yang bertumbangan akibat dari kebakaran hutan beberapa waktu lalu. Jalan kian sempit vegetasi hutan membuat kami untuk berjalan satu persatu demi keselamatan bersama. Satu jam lebih kami berjalan menembus vegetasi hutan liar setelah itu vegetasi hutan pun berubah yang dari awal berupa vegetasi pohon besar berubah menjadi vegetasi hutan lumut pertanda bahwa kami telah berada di ketinggian lebih dari 2000 MDPL. 
 
Tenaga saya pun mulai terkuras hingga kami memutuskan untuk beristirahat sambil menjalankan ibadah sholat maghrib sebelum menjalankan perjalanan yang masih panjang ini. Sebungkus mie instan menjadi teman pengganjal lapar saya waktu itu sambil meminum sebotol air segar yang saya ambil langsung dari sumber mata air yang berada di sekitaran hutan lumut. Setelah menjalankan ibadah sholat maghrib dan beristirahat selama setengah jam akhirnya kami lanjutkan perjalanan menembus hutan lumut yang memiliki medan yang cukup susah, pohon tumbang dan rimbunan tanaman lumut yang kuat membuat langkah kaki kami semua sedikit melambat, bahkan tak jarang saya harus berjalan menyeberangi sebuah batang pohon tumbang dimana samping kiri dan kanan saya adalah jurang yang sangat dalam sehingga membuat saya harus berhati-hati dalam memijakan kaki.

Namun karena kami kelelahan kami pun memutuskan untuk beristirahat kala itu waktu telah menunjukan pukul 21.00 malam dan kami pun membagi tugas ada yang mendirikan tenda dan ada yang membuat api unggun sebagai penghangat badan. Setelah tenda selesai dibuat saya pun langsung menaroh perlengkapan saya dan langsung beristirahat sambil menunggu perapian jadi. Selang beberapa menit akhirnya perapian pun jadi saya pun memanfaatkan api ini untuk menghangatkan badan sambil melepas lelah selama mendaki dari pos perijinan hingga saya pun mulai mengantuk dan langsung saja saya tidur dengan meninggal teman-teman yang masih asik menghangatkan badan.
“Heh heh heh….bangun “ terdengar suara teman saya membangunkan saya sambil berkata “ayo lanjut jalan ke padang savanna” saya pun hanya mengayunkan kepala sebagai pertanda kala itu. Setelah semua perlengkapan dan sampah sisa masak semalam telah kami bersihkan semua kami pun melanjutkan perjalanan menuju ke padang sabana dengam beban yang lumayan ringan karena bekal makanan sudah berkurang sedikit. Jalan menuju padang sabana berbeda dengan jalan yang telah saya lewati sebelumnya. Jalan yang hanya berukuran 2 meteran dengan sisi kanan hutan lebat serta kiri sebuah jurang yang menakutkan menjadi rintangan tersendiri namun di tengah perjalanan kami mengalami hambatan hujan lebat pun mulau turun sehingga membuat kami harus berhati-hati dalam melangkah karena jalurnya sangatlah sempit dan berbahaya hingga kami memutuskan untuk berisitirhat di bawah sebuah pohon besar sambil menunggu hujan reda. Setengah jam sudah saya beristirahat hujan pun kian reda sehingga kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan ekstra hati-hati.
Setelah selesai melewati vegetasi hutan lumut yang curam akhirnya kami pun sampai disebuah jalur yang cukup lebar dengan ditumbuhi pohon-pohon besar yang kokoh dengan suhu yang sangat dingin dengan di tambah dari hujan tadi yang turun sehingga menjadi pertanda bahwa saya sudah berada diatas ketinggian lebih dari 2500 mdpl. Satu persatu jalan saya lalui hingga akhirnya saya sampai juga di sebuah padang sabana tepat pukul 10.00 wib.
Namun lagi-lagi badai pun menghampiri kami hujan lebat disertai angina yang membawa udara dingin mulai menyerang kami, sungguh ini badai paling keras yang pernah saya jumpai selama mendaki gunung. Hingga saya memutuskan untuk berteduh disebuah tenda milik pendaki lain. Sambil menunggu hujan reda supaya saya dapat menggapai puncak gunung buthak.
Namun karena alasan keamanan saya pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan karena badai tak kunjung berhenti walau waktu telah menunjukan pukul 13.00 wib waktu setempat, rasa menyesal memang ada dalam diri saya karena saya tidak dapat melanjutkan hingga puncak namun karena factor alam dan keselamatan maka saya putuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan menuju puncak dan memutuskan untuk turun ke bawah hingga  hujan benar-benar reda. Perayaan ulang tahun ke 18 tahun di gunung pun gagal namun saya masih bangga karena saya sudah berjuang menahlukan gunung buthak walau tak sampai puncak tertinggi.
Karena tujuan utama mendaki bukanlah menahlukan puncaknya tapi menahlukan diri sendiri. Salam lestari
 

Wednesday 24 February 2016

Buthak Sumpah Aku Kapok (Gambar)



  

Sampai Di Padang Sabana

Keseruan Selama Ngecamp
 


                                             
                                               Sampai Di Puncak Mt. Buthak 2868 MDPL