Sunday 25 October 2015

Berburu Sunrise Di Puncak Replika Semeru




Mendaki? Pernahkah anda mendaki suatu gunung? Mendaki merupakan suatu hoby ekstrim, tak sembarang orang bisa menjalani hoby ekstrim ini, selain harus berjalan jauh yang membutuhkan tenaga ekstra, para pendaki harus menahan berat beban yang dirangkulnya.
Indonesia merupakan surganya para pendaki, gugusan pegunungan tinggi dari sabang sampai merauke seolah menjadi tantangan bagi para pendaki untuk menahlukannya selain itu Indonesia memiliki gunung jayawijaya yang termasuk dalam salah satu puncak tertinggi di dunia yang terletak di pulau papua. Terjulang tinggi gunung-gunung yang memiliki yang menawan seperti gunung semeru yang melegenda, gunung bromo, gunung rinjani dan lain-lain.
Kali ini penulis akan berbagi pengalaman tentang pengalaman menahlukan beratnya medan gunung penanggungan.
Gunung penanggungan merupakan suatu gunung yang memiliki ketinggian 1653 MDPL, gunung penanggungan ini termasuk gunung berapi yang sedang tidur atau tidak aktif, banyak orang yang menyebut gunung penanggungan adalah replica dari gunung semeru, hal ini dikarenakan puncak pawitra memiliki bentuk seperti puncak mahameru gunung semeru yang sangat tandus.




Cerita Awal Pendakian

          Pada tanggal 16 agustus 2015, penulis beserta rombongan berniat untuk melaksanakan kegiatan upacara kemerdekaan republic Indonesia ke 70 tahun di tahun 2015 di puncak pawitra. Kebetulan penulis beserta rombongan mengambil jalur jolotundo, mojokerto jawa timur, alasan pemilihan jalur pendakian jolotundo dikarenakan jalurnya yang masih mudah dan tak begitu berat serta info terbaru yang didapat penulis akan adanya kegiatan pendakian massal gunung penanggungan dari jalur jolotundo. Setelah 4 jam perjalanan dari lamongan menuju pos perijinan gunung penanggungan jalur jolotundo, penulis beserta rombongan akhirnya sampai juga di pos perijinan jolotundo, setelah proses registrasi selesai penulis dan para rombongan akhirnya memulai menuju garis start, namun sebelum melewati jalur start para pendaki mendapatkan arahan dari pihak relawan dan tim sar untuk menjaga kekompakan,menjaga keseimbangan alam dan berdoa bersama untuk meminta keselamatan selama mendaki dan turun dari gunung.

Pendakian menggunakan jalur jolotundo menuju puncak bayangan hanya membutuhkan waktu selama 4 jam, tanjakan, turunan, rimbunan pepohonan hutan alam menjadi rintangan tersendiri, hanya dengan modal tongkat dari kayu penulis berserta rombongan menyusuri lebatnya hutan alam dengan beralasan tumpukan batu yang terjal.’setelah berjalan selama setengah jam akhirnya sampai juga di pos I, namun karena alasan keterbatasan waktu maka penulis dan rombongan tidak beristirahat di pos I melainkan melanjutkan ke pos II yang membutuhkan waktu selama satu jam, setelah berjalan dari pos I ke pos II jalur pendakian terasa semakin menyempit, hanya tampak pohon jati raksasa dikanan kiri yang diselimuti dengan semak belukar, disaat penulis sampai di pos II ,penulis sempat kaget dengan kedatangan tim relawan menandu seorang pendaki yang terluka dibagian kepala, dan mulai saat ini kami terus berhat-hati dalam melanjutkan perjalanan pendakian menuju pos III Dan pos ke IV, setelah beristirahat sekitar 30 menit, akhirnya kami melanjutkan pendakian menuju pos III Dan ke pos IV, selama menuju pos III kami tidak mengalami hambatan apapun dalam berjalan, sebelum sampai di pos IV kami pun bertemu dengan teman-teman pendaki yang lain yang ikut mendaki dalam menyemarakan hari kemerdekaan Indonesia ke 70 tahun,  dan berfoto bersama sebagai tanda kenang-kenangan bersama, setelah asik berfoto ria kami melanjutkan pendakian menuju pos ke IV, namun karena alas an waktu maka kami melanjutkan pendakian menuju puncak bayangan, mungkin inilah jalur pendakian yang sangat berat, kami harus berjalan dengan kemiringan 40-50 derajat diatas batu catas yang licin dan tajam untuk menuju puncak bayangan, dengan rasa semangat kemerdekaan yang mengelora akhirnya kami sampai juga di puncak bayangan, namun disaat penulis meminta untuk berhenti dan mendirikan tenda dipuncak bayangan, para rekan penulis tidak menyetujui dan meminta untuk melanjutkan pendakian menuju puncak pawitra, namun setelah berjalan selama 30 menit akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda untuk berisitirahat dan bermalam dilereng gunung penanggungan dengan kemiringan sekitar 50 derajat.


Bermalam Di Lereng Penanggungan Diatas Puncak Bayangan
Setelah berjalan kurang lebih 3 jam dari pos perijinan hingga ke lokasi tenda, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanakan ibadah sholat ashar yang di jama’ dengan sholat dzuhur, mungkin baru kali ini penulis melaksanakan sholat di ketinggian lebih dari 1000 MDPL, setelah sholat salah satu teman penulis mempersiapkan masakan untuk makan malam dengan menu pecel,soto, kare, dalam satu kemasan mie instan, setelah makan saya beserta kawan-kawan mulai lelah hingga akhirnya tertidur pulas. Kriiing…kriiing… suara alarm berbunyi mendengar alarm hp berbunyi saya pun bangun dan segera membangunkan kawan-kawan untuk segera menunju pucuk gunung untuk melihat sunrise, setelah semua bangun kami bersama-sama melihat sunrise dipucuk gunung
"subhanallah... betapa indahnya sunrise dipuncak bayangan" dalam hati aku berkata.
ini menjadi moments terindah selama hidup, kami pun tak menyianyiakan moment indah ini untuk berselfie.


       Waktu telah menunjukan pukul 07.00 pagi kami segera kembali ke tenda dan mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak untuk sarapan, kami berbagi tugas ada yang mempersiapkan kompor gas,ada yang menyiapkan wadah aluminium. untuk sarapan kali ini menunya adalah mie instants.
setelah semua masakan sudah matang, kami segera mencari tempat yang nyaman untuk menikmati sarapan pagi kami, kami pun memutuskan kembali ke pucuk puncak bayangan tempat melihat sunrise tadi, mungkin ini sarapan termahal dan terindah. karena sarapan kali ini kami makan diatas puncak gunung dengan background sang arjuna yang gagah didepan mata.
                           
                                

 setelah sarapan kami segera kembali ketenda dan membereskan tenda, mengingat waktu telah menunjukan pukul 08.00 pagi, karena besok kami harus sekolah, maka kami memutuskan untuk turun dari gunung dan kembali pulang. setelah semua tenda dan perlengkapan yang kami bawa telah kami kemasi kami segera turun dari gunung. kami turun dengan melewati rute yang telah kami lalui waktu awal mendaki. setengah jam setelah kami turun akhirnya kami sampai di pos 4, kami terus berjalan hingga akhirnya kami sampai juga di pos pertama dalam waktu 3 jam. setelah sampai dipos pertama kami segera laporan ke pos pemantauan bahwa kami telah turun dari gunung, setelah itu kami segera berjalan menuju pasar dan mencari angkot untuk menuju kota mojokerto sebagai transit awal sebelum kembali ke kota babat.

Mengejar Sang Surya Di Puncak Wangi



Seperti biasa disetiap akhir pekan saya dan kawan-kawan selalu menyibukan diri dengan kegiatan yang bernuansa alam, mulai dari maen ke laut, bukit, mancing di sendang, hingga maen di air terjun, namun untuk minggu ini agenda adalah berburu sunrise di Puncak Wangi





Tak banyak khalayak ketahui bahwa sebenarnya Kota Babat yang dikenal sebagai kota kuliner yang mempunyai masakan khas yaitu  nasi pecel dan wingkonya ternyata memiliki harta karun yang sangat indah berupa gugusan pegunungan yang menjulang tinggi disamping jalur nasional Surabaya - Jombang, Pegunungan itu bernama Gunung Pegat begitu kata masyarakat sekitar gunung tersebut menyebutnya.

Konon dahulu kala diera masa kependudukan kolonian Belanda Gunung Pegat memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar dikala itu, dimana Gunung Pegat berfungsi sebagai tempat persembunyian para pejuang bangsa Indonesia melawan penjajah, banyak para pejuang yang bersembunyi diatas gunung, di dalam hutan disekitaran gunung hingga masuk kedalam goa-goa yang terdapat di lereng gunung. Dengan alasan itulah saya berserta teman-teman ingin berkemah di atas gunung pegat selain daya tarik berburu sunrise diatas puncak. Memburu sunrise dari puncak gunung bukan hanya petualangan bagi para pendaki profesional. Berbagai spot indah untuk melihat indahnya pesona sunrise tersebar luas diseluruh Indonesia, salah satu spot untuk melihat sunrise adalah Puncak Wangi, Gunung Pegat.


Hari Sabtu pagi sebelum sekolah saya bersama dua teman saya mencoba untuk mensurvei tempat yang nantinya akan digunakan untuk mendirikan tenda, setelah berjalan sekitar setengah jam mencari-cari tempat akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda disamping semak belukur yang terdapat diPuncak Gunung Pegat. Setelah mendapatkan spot, salah satu teman saya mengajak untuk turun “ bro..ayo medon wes awan ayo, “ ujar ilham, “ iyo ha, ayo medon wes awan ham” jawab fio,  kami pun bergegas untuk turun kebawah.
Kriiing…kriing bel pulang sekolah pun telah berbunyi , seperti janji yang telah disepakati bersama kami pun berkumpul di tempat parkir sekolah untuk mengambil perlengkapan yang telah disiapkan sejak kemaren. Waktu kian gelap saya berserta tiga rekan saya pun segera berangkat menuju Gunung Pegat. Namun sebelum berangkat kami mengecek seluruh perlengkapan satu persatu serta berdoa semoga dalam kegiatan kali ini tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebenarnya tujuan kami berkemah di puncak wangi gunung pegat Selain berburu sunrise tujuan kami yang lain adalah berburu goa-goa yang konon digunakan sebagai tempat persembunyian para pejuang bangsa Indonesia dari kejaran para bala tentara Belanda.



Setelah mendaki cukup jauh dan berat akhirnya kami pun sampai juga di Puncak  Wangi sebelum matahari tenggelam, sehingga kami beruntung bisa mendapat view sunset yang indah dari Puncak Wangi, setelah asik menikmati sunset kami segera berbagi tugas untuk mendirikan tenda, serta menyiapkan kayu untuk api unggun untuk memasak makan malam mengingat hari kian gelap.
        

    Hampir pukul delapan malam, kami memulai penjelajahan menyusuri Puncak Wangi hingga masuk kedalam hutan, , langit yang cerah, bintang-bintang bersinar diangkasa kala itu menemani saya dan tiga teman saya untuk menjelajahi Puncak Wangi, setelah berjalan selama satu jam akhirnya teman saya inun berteriak “ he,,broo,, iku ono goa brow..ayo coba di leboni” ujar inun, saya pun menjawab “ ayoo,,nun coba dileboni iki goane nimbus nok ndi”, ilham dan fio menjawab “ ayo…tapi ati-ati brow tetep waspada” kami pun menemukan sebuah goa yang berukuran kecil yang ditumbuhi oleh semak belukar, goa ini berukuran kecil namun memiliki lorong yang panjang yang langsung tembus ke tengah hutan, Kami bertiga memutuskan untuk masuk kedalam goa dan tak disangka goa ini bisa menghubungkan antara Puncak Hingga Hutan yang berada dibawahnya, disaat kami keluar dari dalam goa kami dibuat heran dengan tembusan goa yang berada diatas bisa sampai ke kaki gunung. “ looh,, kok nyampe ngisor ham? Tanya saya kepada ilham, “ he.e raf kok sampek nok ngisor malahan “. setelah menyusuri goa kami pun menyusuri hutan di bawah gunung dan tak berselang lama fio pun menemukan sebuah goa namun goa ini berbeda dengan goa yang pertama ditemukan tadi, “ hee,, wasio to iki lak goa to “ Kata fio, “ He,e yo iku goa goane luih gede dari pada goa mau” , “wes ojo omong ae ayo dileboni “ sahut inun. Kami pun memutuskan untuk masuk kedalam goa, goa ini berdiameter yang cukup lebar sehingga dapat dimasuki oleh empat orang sekaligus serta goa ini memiliki keindahan tersendiri berupa stalagnit yang berada dilangit gua yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal ribuan kelelawar, setelah menyusuri goa cantik itu saya dan teman-teman memutuskan untuk keluar dan melanjutkan penjelajahan, jalur yang beralasan batu-batuan besar serta pohon-pohon besar membuat tenaga kita habis terkuras, kami pun memutuskan untuk beristirahat diatas dibawah pohon besar sambil melihat indahnya pemandangan lampu kota babat yang gemerlap, setelah dua setengah jam kami berjalan akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tenda untuk makan malam.
            Setelah hampir tiga jam kami menyusuri puncak wangi akhirnya kami makan malam dengan menu sederhana berupa singkong, jagung, kentang yang kami bakar rame-rame disamping tenda sambil menikmati lukisan tuhan yang sangat indah sambil diiringi dengan nuansa gitar yang merdu, setelah asik menyantap makan malam kami melingkari api unggun dan bersama-sama bernyanyi seraya melepas semua permasalahan dan pikiran yang ada dalam diri. Waktu telah menunjukan pukul satu pagi badan terasa capek, satu persatu teman saya mulai mengantuk hingga akhirnya kami tertidur pulas di samping api unggun.
Kriiingg…kriiing.. terdengar suara alarm hp punya saya, saya langsung terbangun mendengar suara alarm, namun saat itu jam masih menunjukan pukul 05.00 pagi, satu persatu teman-teman saya mulai terbangun, selanjutnya kami memutuskan untuk turun ke telaga untuk sholat subuh disamping telaga, selekas sholat kami memutuskan untuk kembali ke puncak, hari kian pagi moments yang kami tunggu-tunggu akhirnya mulai terjadi, terlihat jelas betapa indahnya moments sunrise dipuncak tertinggi di kota kelahiran, terpampang jelas sang surya mulai menampakan jati dirinya dibalik puncak.
            Setelah puas melihat indahnya sunrise dari puncak wangi, kami mencoba untuk kembali menyusuri gunung pegat untuk mencari goa landak, dimana goa landak ini menurut cerita orang-orang digunakan sebagai tempat tinggal ratusan ekor landak, kami mencoba untuk menyusuri satu persatu semak belukar, setelah hampir satu jam kami menyusuri puncak wangi perjuangan kami mencari goa landak pun sia-sia, sehingga kami pun memutuskan untuk kembali tenda.
Setelah berjalan selama satu jam dari ujung puncak hingga ke tenda kami pun sampai di tenda dan mempersiapkan sarapan pagi, saat saya mempersiapkan api untuk memasak fio pun bertanya kepada saya “ masak opo raf? “ jawab saya “ wes to, enak-enak awakmu karek mileh soto, kare, pecel utowo rendang ?” jawab fio “ ah yang bener aja, yawes aku mileh soto wae “ lalu inul ikut menjawab tawaran saya “ aku jaluk kare raf “ lalu saya bertanya ke ilham “ ham,,fio jaluk soto, inun jaluk kare, awakmu opo ham ? Tanya aku sambil tertawa. “Aku jaluk pecel ae ok? “ jawab ilham.  “ok bisa diatur, kabeh seng mok  jaluk sudah tersedia kok” ilham bertanya pada ku “ ke sing ngenah wae emang ke gowo maskan akeh? “ jawab aku “ ya iya dong saya kan koki” inun menjawab “ coba tokno masakan mu “ sambal membuka tas saya mengeluarkan satu persatu mie instans berbagai rasa sambil berkata “ ini dia soto, kare, pecel, rendang permintaan kalian yang telah saya saya siapkan dalam satu kemasan mie instan  hahahahahaaa“ . “ oo,,mayak ke tak keplak kapok kon” sahut fio, “sudah…sudah,,jangan bertengkar” sahut ilham.

Setelah itu kami segera memasak mie yang telah kami persiapkan, lima belas menit kemudian mie yang kami masak akhirnya matang dan kami segera menyantap mie buatan kami secara bersama, setelah selesai sarapan kami memutuskan untuk segera turun.



“Air terjun Nglirip Surga Kecil Yang Tersembunyi “






     “Air terjun Nglirip Surga Kecil Yang Tersembunyi “
Kemana kah anda akan menghabiskan waktu di saat libur sekolah ataupun libur kerja tiba? Menghabiskan waktu liburan di obyek wisata alam kah? Atau hanya sekedar jalan-jalan di pusat perbelanjaan? Mau liburan kemana saja Itu semua terserah masing-masing individu. Namun kali ini penulis akan membagikan pengalamannya kepada para khalayak tentang pengalaman berlibur di salah satu surga kecil yang dimiliki negeri kita Indonesia. Beberapa waktu yang lalu penulis berkesempatan mengunjungi air terjun nglirip yang terletak di kabupaten tuban.
Tak banyak orang mengetahui lokasi persis air terjun ini bahkan tak jarang juga banyak orang yang belum tau kalo ada sebuah air terjun cantik yang terletak di kabupaten tuban. Mungkin jika mendengar kabupaten tuban yang ada dalam pikiran hanyalah wisata religi berupa wisata makam sunan bonang dan berbagai wisata religi lainnya sehingga tak berlebihan jika Kabupaten tuban terkenal dengan sebutan  kota wali. Namun kali ini penulis akan bercerita tentang pengalamannya berlibur di air terjun nglirip.
Cerita perjalanan wisata di air terjun nglirip
Air Terjun Nglirip merupakan sebuah obyek wisata buatan yang bernuansa alam pegunungan yang sejuk. Air terjun ini berlokasi di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Sekitar 38 km ke arah barat dari Kota Tuban, pada saat pertengahan bulan Agustus tahun lalu penulis berkesempatan mengunjungi air terjun yang memiliki ketinggian 40 meter ini. Untuk dapat menikmati keindahan air terjun ini membutuhkan perjuangan yang panjang karena letak lokasi air terjun nglirip berada di dalam hutan yang berada di sebuah pegunungan dengan medan yang menanjak namun untuk bisa sampai ke air terjun ini para pengunjung tidak usah khawatir dengan kondisi jalannya, karena kondisi jalan untuk sampai ke lokasi sudahlah beraspal halus. Untuk dapat menikmati keindahan air terjun pengunjung harus melakukan perjalanan kurang lebih selama dua jam dari kota tuban. namun Lamanya perjalanan ini akan terbayar dengan keindahan air terjun yang mempesona, serta pemandangan gugusan pegunungan yang menjulang tinggi yang akan menemani para pengunjung selama perjalanan selama perjalanan menuju Air Terjun Nglirip.
Dengan bermodal pengalaman salah satu teman penulis yang pernah berkunjung ke air terjun nglirip, penulis berkesempatan untuk menikmati keindahan air terjun buatan ini. Setelah melakukan perjalanan panjang selama tiga jam dari rumah tepat pukul 11.00 akhirnya rombongan penulis sampai juga di obyek wisata Air Terjun Nglirip. Sesampai di lokasi penulis dibuat heran dengan suasana air terjun yang masih sepi padahal waktu telah menunjukan pukul 11.00. oohh,,, ternyata masalahnya adalah air terjun nglirip belum terlalu terkenal dibanding dengan obyek wisata yang lain yang berada di kota Tuban sehingga tempatnya masih sepi.

Tapi jangan khawatir kawan walaupun belum sebegitu terkenal banyak kok masyarakat yang mendirikan warung-warung makanan disekitaran tempat parkir air terjun jadi kita tidak akan kelaparan atau kehausan jika berada di sekitaran air terjun, tapi ingat ya kawan jangan lupa sampahnya dibuang ditempat sampah jangan dibuang disembarang tempat,kan nanti bisa merusak keindahan air terjun.
Oke lah… kita lanjutkan cerita tentang perjalanan ke air terjunnya. Sesampai di lokasi air terjun akhirnya penulis beserta rombongan langsung menuju tempat parkir sekaligus membayar tiket masuk wisata air terjun, hanya dengan mengeluarkan uang sebesar Rp. 10.000,00 para pengunjung dapat menikmati eksotisme air terjun ini. Jika dilihat lebih dekat air terjun nglirip bukanlah air terjun alamiah yang dibuat oleh alam melainkan air terjun nglirip ini merupakan hanya tumpahan air yang hanyut disungai dan jatuh kebawah sungai setelah melewati pintu air yang berada di belakang air terjun. Namun walaupun hanya sebuah air yang jatuh namun keindahan air terjun nglirip ini tak kalah dengan air terjun alamiah yang lain. Hijaunya nuansa perhutannya serta merdunya suara burung-burung hutan berkicau dengan ditemani gemercik air terjun yang jatuh menjadi daya tarik tersendiri. Hembusan angin yang membawa air terjun terasa sebagai media penghilang rasa lelah setelah berkendara panjang untuk dapat menikmati eksotisme air terjun ini.
Mitos Mengenai Air Terjun Nglirip
Namun Dibalik eloknya Air Terjun Nglirip, konon menurut cerita warga sekitar air terjun yang penulis wawancarai ternyata air terjun nglirip menyimpan cerita mistis yang masih dipercayai oleh masyarakat hingga saat ini salah satunya adalah keberadaan seorang putri cantik yang diyakini sebagai Putri Nglirip penungggu tempat ini. Konon Putri Nglirip ini menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang dan akhirnya Putri Nglirip ini bertempat tinggal di sebuah goa yang berada di samping air terjun ini, konon ceritanya masyarakat juga sering melihat seorang putri nglirip yang cantik ini sedang bermain air di air terjun ini ditemani oleh para penggawalnya.
Setelah panjang lebar mendapat info mengenai Air Terjun Nglirip dari warga sekitar penulis pun tidak lupa mengabadikan moment langkah ini dengan berfoto ria dengan background air terjun dari atas bukit, loh kenapa kok moment langkah? Hal ini dikarenakan Saat penulis datang ke air terjun nglirip penulis beruntung bisa mendapatkan view air terjun yang jernih serta hijaunya rerimbunan pepohonan disekitaran air terjun. Karena pada saat itu bertepatan pada saat musim kemarau jadi volume air terjunya tidak sebegitu besarserta airnya tidak sebegitu keruh bahkan airnya sangat jernih dan segar loh..
Setelah puas berfoto ria dengan background air terjun dari atas bukit penulis berkesempatan untuk turun dari bukit dan lebih mendekat dengan air terjun. Dengan rasa semangat yang membumbung tinggi akhirnya penulis memberanikan diri untuk turun ke air terjun. Benar saja saat kaki baru berjalan lima langkah ke bawah tangga menuju air terjun gemercik air terjun yang jatuh menjadi ucapan selamat datang, namun jernihnya air membuat penulis tergoda untuk mencoba mencuci muka dengan air yang jatuh dari air terjun yang cantik ini. Namun saat usapan pertama beerrrr….rasa dingin penulis rasakan sungguh dingin banget airnya. Ya iyalah dingin orang airnya juga berasal dari air mata pegunungan. Setelah puas mencuci muka dengan dinginnya air terjun rasa alay anak masa kini mulai tumbuh yaitu selfie hehehehe…setelah puas berselfie kanan kiri dengan berbagai gaya akhirnya penulis memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menjalankan ibadah sholat dzuhur karena adzan sholat dzuhur telah berkumandang dan mengisi perut dengan menikmati santapan nasi pecel yang lezat dan murah meriah… hemm nyam-nyam,,, setelah puas menikmati keindahan alamnya sekarang waktunya menikmati kulinernya, oh ya kawan.. makanan di sekitaran air terjun nglirip sangat murah loh mulai dari Rp. 500, perak sampai Rp. 10,000 saja loh, bayangkan saja seporsi nasi pecel dengan lauk telur dadar, tahu tempe dengan menu minuman es the hanya di hargai Rp.8000. saja loh murah banget kan?
Tak berlebihan memang jika penulis mengambil judul “air terjun nglirip, surga kecil yang tersembunyi” selain keindahan alamya, panorama hutannya yang lebat, serta kemolekan air terjunnya kita bisa menikmati kulinernya juga sangat cocok penulis menyebutnya sebagai surga kecil. Namun karena keterbatasan waktu akhirnya penulis harus segera kembali pulang sebelum hari mulai sora tapi penulis sempatkan dulu untuk menjalankan ibadah sholat dzuhur di musholla yang telah disediakan. Dan akhirnya penulis memutuskan untuk kembali pulang karena waktu telah menunjukann pukul 13.00 sehingga harus cepat-cepat pulang keburu hari semakin gelap.
Rute Menuju Air Terjun Nglirip
Namun jika para traveller ingin berkunjung ke air terjun ini maka para traveller membutuhkan pengorbanan yang besar, selain mental, fisik, dan finansial, kendaraan yang dipakai harus memiliki stok bahan bakar yang mencukupi, hal ini dikarenakan tidak adanya stasiun pengisian bahan bakar disepanjang jalan, ya iyalah orang namanya juga daerah pegunungan, selain jalan yang menanjak dan berkelok-kelok, itu selama perjalanan jika beruntung para traveller akan menemui segerombolan babi hutan liar yang sering berkeliaran disepanjang jalan menunju air tejun ini, maka untuk itu penulis menghimbau para traveller untuk berhati-hati jika akan berkunjung ke air terjun nglirip.
Adapun rute untuk menuju air terjun nglirip sebagai berikut:
Anda naik len (kendaraan umum) dari terminal tuban jurusan montong, lalu dilanjutkan dengan angkot jurusan jojogan, sesampai di jojogan perjalanan anda masih sekitar 1 km lagi, anda bisa melanjutkan menuju air terjun dengan jalan kaki hingga menuju ke air terjun.
Namun jika menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor maka anda hanya harus melewati jalan yang mengarah ke daerah montong dan mengikuti jalan itu terus hingga sampai ke air terjun, namun penulis berpesan untuk para traveller yang akan berkunjung ke air terjun nglirip untuk terus berhati-hati karena jalannya yang licin dan berkelok-kelok serta mematuhi semua aturan hukum alam yang berlaku di sekitaran obyek wisata, serta penulis berharap kepada para traveller selain menikmati keindahan air terjun, diharapkan para traveller untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan selama berkunjung ke obyek wisata air terjun ini.