Seperti biasa disetiap akhir pekan saya dan kawan-kawan selalu menyibukan diri dengan kegiatan yang bernuansa alam, mulai dari maen ke laut, bukit, mancing di sendang, hingga maen di air terjun, namun untuk minggu ini agenda adalah berburu sunrise di Puncak Wangi
Tak banyak khalayak ketahui bahwa sebenarnya Kota Babat yang dikenal sebagai kota kuliner yang mempunyai masakan khas yaitu nasi pecel dan wingkonya ternyata memiliki harta karun yang sangat indah berupa gugusan pegunungan yang menjulang tinggi disamping jalur nasional Surabaya - Jombang, Pegunungan itu bernama Gunung Pegat begitu kata masyarakat sekitar gunung tersebut menyebutnya.
Konon dahulu kala diera masa kependudukan kolonian
Belanda Gunung Pegat memiliki peran penting bagi masyarakat sekitar dikala itu,
dimana Gunung Pegat berfungsi sebagai tempat persembunyian para pejuang bangsa
Indonesia melawan penjajah, banyak para pejuang yang bersembunyi diatas gunung,
di dalam hutan disekitaran gunung hingga masuk kedalam goa-goa yang terdapat di
lereng gunung. Dengan alasan itulah saya berserta teman-teman ingin berkemah di
atas gunung pegat selain daya tarik berburu sunrise diatas puncak. Memburu
sunrise dari puncak gunung bukan hanya petualangan bagi para pendaki
profesional. Berbagai spot indah untuk melihat indahnya pesona sunrise tersebar
luas diseluruh Indonesia, salah satu spot untuk melihat sunrise adalah Puncak
Wangi, Gunung Pegat.
Hari Sabtu pagi
sebelum sekolah saya bersama dua teman saya mencoba untuk mensurvei tempat yang
nantinya akan digunakan untuk mendirikan tenda, setelah berjalan sekitar
setengah jam mencari-cari tempat akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda
disamping semak belukur yang terdapat diPuncak Gunung Pegat. Setelah
mendapatkan spot, salah satu teman saya mengajak untuk turun “ bro..ayo medon
wes awan ayo, “ ujar ilham, “ iyo ha, ayo medon wes awan ham” jawab fio, kami pun bergegas untuk turun kebawah.
Kriiing…kriing bel
pulang sekolah pun telah berbunyi , seperti janji yang telah disepakati bersama
kami pun berkumpul di tempat parkir sekolah untuk mengambil perlengkapan yang
telah disiapkan sejak kemaren. Waktu kian gelap saya berserta tiga rekan saya
pun segera berangkat menuju Gunung Pegat. Namun sebelum berangkat kami mengecek
seluruh perlengkapan satu persatu serta berdoa semoga dalam kegiatan kali ini
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebenarnya tujuan kami berkemah di
puncak wangi gunung pegat Selain berburu sunrise tujuan kami yang lain adalah
berburu goa-goa yang konon digunakan sebagai tempat persembunyian para pejuang
bangsa Indonesia dari kejaran para bala tentara Belanda.
Setelah mendaki cukup
jauh dan berat akhirnya kami pun sampai juga di Puncak Wangi sebelum matahari tenggelam, sehingga
kami beruntung bisa mendapat view sunset yang indah dari Puncak Wangi, setelah
asik menikmati sunset kami segera berbagi tugas untuk mendirikan tenda, serta
menyiapkan kayu untuk api unggun untuk memasak makan malam mengingat hari kian
gelap.
Hampir pukul delapan malam, kami memulai penjelajahan menyusuri Puncak Wangi hingga masuk kedalam hutan, , langit yang cerah, bintang-bintang bersinar diangkasa kala itu menemani saya dan tiga teman saya untuk menjelajahi Puncak Wangi, setelah berjalan selama satu jam akhirnya teman saya inun berteriak “ he,,broo,, iku ono goa brow..ayo coba di leboni” ujar inun, saya pun menjawab “ ayoo,,nun coba dileboni iki goane nimbus nok ndi”, ilham dan fio menjawab “ ayo…tapi ati-ati brow tetep waspada” kami pun menemukan sebuah goa yang berukuran kecil yang ditumbuhi oleh semak belukar, goa ini berukuran kecil namun memiliki lorong yang panjang yang langsung tembus ke tengah hutan, Kami bertiga memutuskan untuk masuk kedalam goa dan tak disangka goa ini bisa menghubungkan antara Puncak Hingga Hutan yang berada dibawahnya, disaat kami keluar dari dalam goa kami dibuat heran dengan tembusan goa yang berada diatas bisa sampai ke kaki gunung. “ looh,, kok nyampe ngisor ham? Tanya saya kepada ilham, “ he.e raf kok sampek nok ngisor malahan “. setelah menyusuri goa kami pun menyusuri hutan di bawah gunung dan tak berselang lama fio pun menemukan sebuah goa namun goa ini berbeda dengan goa yang pertama ditemukan tadi, “ hee,, wasio to iki lak goa to “ Kata fio, “ He,e yo iku goa goane luih gede dari pada goa mau” , “wes ojo omong ae ayo dileboni “ sahut inun. Kami pun memutuskan untuk masuk kedalam goa, goa ini berdiameter yang cukup lebar sehingga dapat dimasuki oleh empat orang sekaligus serta goa ini memiliki keindahan tersendiri berupa stalagnit yang berada dilangit gua yang dimanfaatkan untuk tempat tinggal ribuan kelelawar, setelah menyusuri goa cantik itu saya dan teman-teman memutuskan untuk keluar dan melanjutkan penjelajahan, jalur yang beralasan batu-batuan besar serta pohon-pohon besar membuat tenaga kita habis terkuras, kami pun memutuskan untuk beristirahat diatas dibawah pohon besar sambil melihat indahnya pemandangan lampu kota babat yang gemerlap, setelah dua setengah jam kami berjalan akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke tenda untuk makan malam.
Setelah hampir tiga jam kami
menyusuri puncak wangi akhirnya kami makan malam dengan menu sederhana berupa
singkong, jagung, kentang yang kami bakar rame-rame disamping tenda sambil
menikmati lukisan tuhan yang sangat indah sambil diiringi dengan nuansa gitar
yang merdu, setelah asik menyantap makan malam kami melingkari api unggun dan
bersama-sama bernyanyi seraya melepas semua permasalahan dan pikiran yang ada
dalam diri. Waktu telah menunjukan pukul satu pagi badan terasa capek, satu
persatu teman saya mulai mengantuk hingga akhirnya kami tertidur pulas di
samping api unggun.
Kriiingg…kriiing.. terdengar suara alarm hp punya
saya, saya langsung terbangun mendengar suara alarm, namun saat itu jam masih
menunjukan pukul 05.00 pagi, satu persatu teman-teman saya mulai terbangun,
selanjutnya kami memutuskan untuk turun ke telaga untuk sholat subuh disamping
telaga, selekas sholat kami memutuskan untuk kembali ke puncak, hari kian pagi
moments yang kami tunggu-tunggu akhirnya mulai terjadi, terlihat jelas betapa
indahnya moments sunrise dipuncak tertinggi di kota kelahiran, terpampang jelas
sang surya mulai menampakan jati dirinya dibalik puncak.
Setelah puas melihat indahnya
sunrise dari puncak wangi, kami mencoba untuk kembali menyusuri gunung pegat
untuk mencari goa landak, dimana goa landak ini menurut cerita orang-orang
digunakan sebagai tempat tinggal ratusan ekor landak, kami mencoba untuk menyusuri
satu persatu semak belukar, setelah hampir satu jam kami menyusuri puncak wangi
perjuangan kami mencari goa landak pun sia-sia, sehingga kami pun memutuskan
untuk kembali tenda.
Setelah
berjalan selama satu jam dari ujung puncak hingga ke tenda kami pun sampai di
tenda dan mempersiapkan sarapan pagi, saat saya mempersiapkan api untuk memasak
fio pun bertanya kepada saya “ masak opo raf? “ jawab saya “ wes to, enak-enak
awakmu karek mileh soto, kare, pecel utowo rendang ?” jawab fio “ ah yang bener
aja, yawes aku mileh soto wae “ lalu inul ikut menjawab tawaran saya “ aku
jaluk kare raf “ lalu saya bertanya ke ilham “ ham,,fio jaluk soto, inun jaluk
kare, awakmu opo ham ? Tanya aku sambil tertawa. “Aku jaluk pecel ae ok? “
jawab ilham. “ok bisa diatur, kabeh seng
mok jaluk sudah tersedia kok” ilham
bertanya pada ku “ ke sing ngenah wae emang ke gowo maskan akeh? “ jawab aku “
ya iya dong saya kan koki” inun menjawab “ coba tokno masakan mu “ sambal
membuka tas saya mengeluarkan satu persatu mie instans berbagai rasa sambil
berkata “ ini dia soto, kare, pecel, rendang permintaan kalian yang telah saya
saya siapkan dalam satu kemasan mie instan
hahahahahaaa“ . “ oo,,mayak ke tak keplak kapok kon” sahut fio, “sudah…sudah,,jangan
bertengkar” sahut ilham.
0 komentar:
Post a Comment
Selamat Datang Di Website Kami Terima Kasih Anda Telah Mengunjungi Website Kami.
Di Mohon Untuk Tidak Berbicara Kasar Saat Mengomentari Postingan Kami